Friday 13 November 2015

Penggunaan Ponsel Bisa Ganggu Kualitas Tidur

Penggunaan Ponsel Bisa Ganggu Kualitas Tidur.- Studi King's College mengklasifikasikan "penggunaan pada waktu tidur" sebagai penggunaan alat elektronik selama 90 menit sebelum tidur.

Dua studi yang tidak berhubungan baru-baru ini berkesimpulan bahwa paparan panjang terhadap cahaya dari layar alat-alat elektronik yang dapat dibawa mempengaruhi kualitas tidur pada anak-anak dan orang dewasa.

Ponsel pintar dan komputer tablet telah merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari begitu cepat sampai para ilmuwan belum punya banyak waktu untuk mempelajari dampaknya.

Sekarang, para peneliti dari University of California dan King’s College London mengatakan alat-alat tersebut bila dipakai dekat dengan waktu tidur dapat mengganggu pola tidur. Studi-studi sebelumnya membuktikan bahwa pola tidur yang buruk dapat mengarah pada obesitas, diabetes dan depresi.

Studi di California tersebut mengamati 653 orang dewasa selama periode 30 hari, merekam waktu dan lamanya orang-orang ini melihat layar, serta lama dan kualitas tidur mereka. Penggunaan layar yang lebih lama, terutama di tempat tidur, jelas terkait dengan tidur yang lebih buruk dan lebih sebentar.

Sebuah kajian dari 20 studi dari empat benua, yang dilakukan di King’s College London, menemukan bahwa kehadiran alat dengan sambungan ke internet di kamar tidur anak menggandakan risiko dampak terhadap siklus tidur mereka.

Studi King's College mengklasifikasikan "penggunaan pada waktu tidur" sebagai penggunaan alat selama 90 menit sebelum tidur.

Karakteristik komunikasi modern melalui media sosial membuat anak-anak merasa mereka harus selalu waspada.

Para ilmuwan mengatakan hanya pendekatan terkoordinasi dari orangtua, guru dan petugas kesehatan yang berpeluang menurunkan penggunaan alat-alat elektronik pda waktu tidur.

Hasil kedua penelitian tersebut diterbitkan masing-masing dalam jurnal ilmiah PLoS One dan JAMA Pediatrics. sumber : www.voaindonesia.com

Nah itulah informasi yang bisa kami sampaikan, semoga informasi yang kami sampaikan bisa bermanfaat untuk para pembaca.

Terimakasih atas kunjungannya :)

Read more

Sunday 8 November 2015

Pakar Kesehatan Peringatkan Bahaya Tersembunyi Lewat Iklan Digital

Pakar Kesehatan Peringatkan Bahaya Tersembunyi Lewat Iklan Digital.- Pakar WHO memperingatkan anak-anak di benuar Eropa dibombardir dengan iklan digital tersembunyi yang mempromosikan makanan-makanan tidak sehat yang dapat memperburuk masalah obesitas di kawasan itu.

LONDON —  Anak-anak di benua Eropa dibombardir dengan iklah digital tersembunyi dan promosi pemasaran makanan-makanan berlemak, manis, dan asin yang membahayakan kesehatan mereka serta menambah masalah obesitas di kawasan itu, demikian peringatan para pakar di Organisasi Kesehatan Dunia hari Jum’at.

Para peneliti menghimbau para pengambil kebijakan untuk berbuat lebih dalam melindungi anak-anak dari pesan iklan makanan sampah di situs-situs jejaring, permainan – yang dikenal sebagai “advergames” – dan media sosial lainnya.

“Pemerintah kita telah memprioritaskan keputusan politis tertinggi untuk mencegah obesitas di kalangan anak-anak, namun demikian kita senantiasa mendapati anak-anak – kelompok yang paling rentan dalam masyarakat kita – terpapar jumlah teknik pemasaran digital tersembunyi dalam jumlah yang tak terhingga yang mempromosikan makanan-makanan dengan kandungan lemak, gula, dan garam yang tinggi,” ujar Zsuzsanna Jakab, direktur WHO kawasan Eropa.

Orang Tua Tidak Menyadari

Ia berkata tidak adanya peraturan media digital yang efektif di banyak negara, membuat anak-anak semakin terpapar pada bujukan teknis pemasaran yang dibuat secara individu yang acapkali diremehkan orang tua, atau tidak disadari oleh orang tua.

“Acapkali, orang tua tidak melihat iklan yang sama, atau mereka tidak mengamati aktivitas online anak-anaknya, sehingga banyak orang tua yang meremehkan skala permasalahan yang ada,” ujar pakar WHO.

Sekitar dua pertiga anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan sebelum mereka mencapai usia akil balik akan mengalami masalah kelebihan berat badan menjelang mereka memasuki usia dewasa, dan diperkirakan sekitar 25 persen dari anak-anak usia sekolah di Eropa telah mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, demikian dipaparkan oleh laporan tersebut.

Anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas kemungkinan akan tetap mengalami permasalahan tersebut sehingga mereka memasuki usia dewasa dan kemungkinan lebih besar bagi mereka untuk menderita penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker di usia muda.

Promosi makanan yang tidak sehat

Gauden Galea, seorang pakar penyakit kronis dan kemajuan kesehatan untuk WHO Eropa, mengatakan dengan mengizinkan para pengiklan dan industri makanan untuk menargetkan anak-anak seperti ini bisa membawa “konsekuensi kesehatan dan ekonomi yang luar biasa.”

Laporan WHO Eropa mengatakan oleh karena hanya ada sedikit regulasi yang efektif atau kontrol atas pemasaran digital, anak-anak acap kali terpapar pada pemasaran yang luar biasa dan tertarget lewat sarana digital yang mengumpulkan data pribadi.

Pemasaran digital dapat melibatkan pengalaman emosional dan hiburan di antara anak-anak dan mendorong mereka untuk berbagi semua pengalaman ini dengan teman-teman mereka, ujarnya, dengan mengatakannya sebagai “cara-cara yang tidak patut ketika digunakan untuk mempromosikan makanan-makanan yang tidak sehat.” 


Itulah informasi yang bisa kami sampaikan, semoga informasi yang kami sampaikan bisa bermanfaat untuk kita semua.

Terimakasih atas kunjungannya :)

Read more

Wednesday 4 November 2015

Tes Gula Darah Bisa Dibuat Lebih Akurat

Tes Gula Darah Bisa Dibuat Lebih Akurat.- Sepertiga penderita diabetes ternyata menjalani metode standar untuk memonitor kadar gula darah yang tidak akurat.


Dilansir dari www.voaindonesia.com Sekarang para ilmuwan telah menemukan cara untuk memperbaikinya dan membantu orang mengelola penyakit mereka dengan lebih efektif.

Empat ratus dua puluh dua juta orang di seluruh dunia menderita diabetes, demikian menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia

Mengendalikan kadar gula yang beredar dalam darah dianggap cara terbaik untuk mengurangi kemungkinan komplikasi, seperti kebutaan, gagal ginjal, penyakit jantung dan amputasi anggota tubuh.

Tes yang disebut A1C, yang dianggap metode paling akurat untuk mengukur kadar glukosa, teryata tidak akurat pada satu dari tiga orang.

A1C memberikan gambaran rata-rata kadar gula darah dalam tiga bulan terakhir. Tes ini dianggap lebih akurat daripada tes kadar gula darah setiap hari, yang dapat bervariasi dari menit ke menit.

A1C mengukur jumlah gula yang telah diserap oleh sel-sel darah merah untuk jangka waktu tertentu.

Ketika ilmuwan membandingkan pemantauan glukosa setiap hari dengan A1C, mereka menemukan perbedaan berdasarkan usia sel darah merah, demikian menurut John Higgins, guru besar Sistem Kedokteran di Harvard University Medical School.

Sel darah merah hidup rata-rata 45 hari, namun bisa hidup lebih lama pada beberapa orang. Higgins menjelaskannya dengan analogi.

"Saya pikir analogi sederhananya seperti spons diletakkan di meja yang basah dan semakin banyak air yang ada di meja, semakin basah spons itu. Tetapi juga, jika Anda meninggalkannya lebih lama di meja, spons itu akan menyerap lebih banyak air," kata Higgins.

Dengan kata lain, tingkat A1C seseorang yang kadar gula darahnya terkendali dari hari ke hari sebenarnya bisa naik jika sel-sel darah merah individu itu lebih tua.

"Dan sebaliknya juga benar. Jika kadar gula darah seseorang sangat tinggi, tetapi sel-sel darahnya cukup muda, dia mungkin terlihat baik-baik saja, padahal gula darah mereka sebenarnya sudah tinggi," imbuhnya.

Menurut Higgins, salah satu cara untuk mengoreksi perbedaan tersebut adalah dengan memakai satu perangkat yang terus menerus mengukur gula darah seseorang untuk periode yang singkat, dan kemudian membandingkannya dengan hasil tes A1C. Penyesuaian dapat dibuat dan diperbaiki secara permanen di laboratorium.

Dengan menggunakan pemantau glukosa terus menerus, para ilmuwan mampu memperbaiki tingkat ketidaktelitian tes A1C dari sepertiga menjadi sepersepuluh.

Temuan ini dilaporkan dalam jurnal Science Translational Medicine.

Itulah informasi yang bisa kami sampaikan semoga informasinya bisa bermanfaat untuk kita semua.

Read more

Tuesday 3 November 2015

25 Juta Orang Menderita Cedera Saraf Tulang Belakang

25 Juta Orang Menderita Cedera Saraf Tulang Belakang.- Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 25 juta orang di seluruh dunia menderita cedera saraf tulang belakang, yang dikenal menyebabkan kelumpuhan dan kesulitan menggunakan kaki dan tangan.

DENVER, COLORADO — Menurut WHO, yang kurang diketahui adalah efek samping umum yang disebut nyeri neuropatik, yang menimbulkan rasa nyeri seperti tersengat listrik atau ditusuk pada bagian tubuh yang sudah tidak memiliki rasa.

Pada sekitar 10 persen kasus, nyeri neuropatik ini tak kenal lelah, hingga korban mempertimbangkan untuk bunuh diri. Banyak ahli nyeri mengasumsikan bahwa rasa sakit itu timbul masalah kejiwaan, dan sebaiknya dikendalikan dengan terapi dan obat-obatan. Seorang ahli bedah saraf di Denver menemukan cara lebih sukses dengan meredam “titik panas” pada saraf tulang belakang yang rusak.

Berada di kursi roda tidak pernah menghambat Jon Forbes. Tapi selama 14 tahun setelah cedera saraf tulang belakang, Forbes mengatakan ada sesuatu yang hampir mematahkan keinginnnya untuk hidup, yaitu rasa nyeri seperti tersengat listrik di bagian tubuhnya yang lumpuh.

"Sakitnya mengerikan. Menyiksa. Dan tidak pernah berhenti. Anda bangun, nyeri ada. Sepanjang hari, nyeri ada. Anda pergi tidur, nyeri ada," kata Forbes.

Karena cedera tulang belakangnya di bawah dada, Forbes dapat menggunakan tangan, tapi pinggul dan kakinya lumpuh. Tapi yang kejam adalah rasa nyeri itu dialaminya pada bagian tubuh yang lumpuh tersebut.

Dia putus asa karena tidak satu pun terapi atau obat dapat menghilangkan rasa nyeri itu.

"Saya telah mencoba cukup banyak jenis obat, mencoba olahraga, mencoba apa saja untuk menghentikan rasa sakit ini. Dan itu tidak berhasil. Saya bekerja di sebuah bank investasi dan memutuskan berhenti dari pekerjaan saya, dan memutuskan ini adalah akhir hidup saya. Saya tidak kuat lagi," tambahnya.

Kemudian Forbes mendengar tentang seorang ahli bedah saraf di Denver yang melakukan operasi tulang belakang untuk menghentikan “nyeri bunuh diri” atau nyeri yang membuat penderitanya ingin bunuh diri itu.

"Ketika pasien akhirnya datang kepada saya, itu merupakan upaya yang terakhir," tutur ahli bedah syaraf Scott Falci.

Scott Falci adalah kepala konsultan bedah saraf di Rumah Sakit Craig di Denver, yang mengkhususkan diri dalam rehabilitasi cedera saraf tulang belakang. Untuk pasien ini, terapi nyeri konvensional sering gagal, sehingga dokter sering menyimpulkan rasa sakit itu timbul karena pikiran mereka.

"Banyak pasien kami diberitahu ini mungkin masalah psikologis atau masalah kejiwaan," ujar Falci.

Tapi, kata Falci, ini terutama masalah saraf tulang belakang dan dapat diperbaiki dengan pembedahan.

Dengan bantuan sejumlah asisten selama beberapa jam, Falci membuka sumsum tulang belakang pasien dan mencari daerah akar saraf berwarna abu-abu yang berisi ribuan sel. Daerah ini mengirimkan impuls dari tubuh ke sumsum tulang belakang

"Sel-sel saraf ini berasal dari bagian tubuh berbeda yang tidak melakukan perjalanan sampai ke otak. Sel-sel saraf ini terhubung dahulu dengan sel saraf lainnya di sumsum tulang belakang dan memungkinkannya mengirim sinyal ke otak," imbuhnya.

Menggunakan elektroda seukuran jarum, Falci dengan hati-hati menyentuh saraf estafet di sumsum tulang belakang untuk mempercepat informasi sensorik ke otak. Umumnya dia mendapat sinyal listrik yang tenang. Ketika ada peningkatan aktifitas yang tidak semestinya atau titik panas, Falci mematikan sel saraf tersebut.

Falci mengatakan titik panas itu lah yang dapat memicu nyeri yang membuat penderitanya ingin bunuh diri. 


Demikian informasi yang bisa kami sampaikan, semoga informasi yang kami sampaikan bisa bermanfaat untuk kita semua.

Terimakasih atas kunjungannya :)

Read more

Monday 2 November 2015

Ternyata Campak Lebih Mematikan Dari Perkiraan Sebelumnya

Ternyata Campak Lebih Mematikan Dari Perkiraan Sebelumnya.- Hasil penelitian terbaru mendapati bahwa penyakit campak ternyata lebih serius dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Komplikasi yang mematikan bisa menyerang anak-anak bertahun-tahun setelah mereka sembuh dari penyakit itu, dan peneliti melaporkan penyakit itu menjangkiti lebih banyak anak daripada yang diyakini sebelumnya. Kondisi sekunder itu adalah gangguan syaraf yang disingkat SSPE, yaitu subacute sclerosing panencephalitis.

SSPE diperkirakan berjangkit pada satu dari 100.000 orang yang tidak mendapat imunisasi campak semasa anak-anak dan kemudian tertular penyakit anak-anak itu. Data terbaru menunjukkan satu dari 600 orang berisiko SSPE. Data itu diumumkan pada IDWeek, pertemuan tahunan profesional organisasi-organisasi penyakit menular.

Vaksin campak, yang juga melindungi dari gondok dan rubella, biasanya diberikan pada bayi antara usia 12 dan 15 bulan. Vaksin MMR itu umumnya tidak dianjurkan sebelum seorang anak berusia satu tahun karena, menurut para pakar, bayi masih mempunyai sebagian antibodi dari ibu mereka, dan vaksin itu tidak berfungsi pada masa itu. Bayi yang tertular penyakit itu sebelum divaksinasi MMR berisiko paling tinggi terkena SSPE.

Campak menyebabkan sakit tenggorokan, pilek, batuk dan ruam yang khas. Tubuh biasanya membersihkan virus campak dalam dua minggu. Tetapi pada sebagian anak, virus itu bisa menetap dalam otak selama bertahun-tahun bahkan puluhan tahun. Tidak ada yang tahu mengapa virus itu bisa mendadak aktif kembali dengan konsekuensi yang mematikan.

sumber : www.voaindonesia.com

Demikian informasi yang bisa kami sampaikan, semoga informasi yang kami sampaikan bisa bermanfaat untuk kita semua.

Read more